visit on my page

Thursday, December 27, 2018

Ulasan review xiaomi mi4c indonesia



Ini adalah smartphone android ke dua saya. Dan sudah 2 tahun sejak saya membelinya. Tapi karena ketlingsut (tidak sempat terfikir) maka baru keluar artikel tentangnya. Jelas sudah tidak aktual, namun setidaknya sebagai arsip bagi saya karena sudah pernah menemani saya dalam kurun waktu lama. Tidak banyak yang saya sampaikan nanti, melainkan hanya yang saya ingat2 saja. Oke mari kita mulai saja.


Ini adalah smartphone favorit saya. Saya pertama kepincut dengan mi4c karena spesifikasi yang masuk kategori flagship namun bisa ditebus dengan harga rakyat jelata. Saya membelinya online di elevenia saat itu. Dengan harga 1,5 juta persis saya mendapatkan smartphone dengan spek juara. Sebut saja snapdragon seri 8 yang masuk di jajaran SOC flagship. Meskipun barang distri, maksutnya bukan garansi resmi karena tidak dijual secara resmi di Indonesia melainkan dari distributor abrakadabra. Saya mendapat mi4c dari garansi THE ONE. Garansi yang tidak saya anggap garansi karena pasti proses klaimnya juga abrakadabra. Dan, ini adalah kali pertama saya membeli barang dari garansi abrakadabra. Beruntung barang tidak cacat dan bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Bahkan saya mendapat produk yang tinggal pakai. Dalam arti ROM yang terinstal bukan abal2 melainkan ROM CUSTOM, sudah Unlock Bootloader, dan sudah terpasang TWRP disana. Jadi, saya tidak perlu ribet dengan ROM abal2 yang biasa orang2 dapat dari pembelian smartphone distribusi abrakadabra.


Kita beralih ke impresi. Dari build quality dan desain. I really love mi4c’s design. Compact, slim, and simple. Tidak neko-neko, identitas xiaomi nya sangat kental, ringan, nyaman digenggam, pokoknya ajib lah. meski frame dan backdoor terbuat dari bahan plastik, tapi tidak ada kesan murahan sama sekali. Maklum pula saat itu masih jarang smartphone berbahan metal. Bentuknya yang “ngotak” dengan rounded di tiap sudutnya membuat saya semakin cinta saja. Build quality terasa kuat dan kokoh tanpa adanya kriuk2 saat diremas. Layarnya entah pakai perlindungan apa juga tidak ada deskripsi yang jelas. Pastinya saya langsung pasang tempered glass untuk keamanan. Backdoor juga bisa diganti2 dan cara bukanya juga tidak susah2 amat. Bahkan saya punya 2 backdoor cadangan yang original dengan warna berbeda. 


Sekarang ke user experience. Overall kemampuan mi4c sudah bisa memuaskan saya sebagai pemakainya. Saya hanya sering main sosmed, jarang game, cukup sering music, dan pastinya camera user. Pertama yang saya notice adalah panas. Saya sebelumnya adalah user asus zenfone 4 merasa gerah dengan procie nya yang mudah demam, berharap setelah hijrah ke xiaomi akan lebih baik. Namun ternyata sama saja. Xiaomi mi4c mudah sekali panas, bahkan hanya untuk medsos saja. Untuk menanggulanginya anda bisa pakai case untuk meredam panas smartphone. Selain itu semua saya anggap baik. Layarnya sedap dipandang mata. MIUI nya juga sangat nyaman dipakai. Untuk game potensinya cukup baik, namun saya tidak terlalu explore lebih jauh kerena hape ini mudah panas. Untuk dengar music sangat bagus, jelas lebih bagus dibanding asus zenfone 4 saya sebelumnya. Detailnya oke, semua frekuensi terasa, dan sangat menggelegar. Nah, untuk camera saya cukup impress dibuatnya. Sensor sony yang tertanam di dalamnya memang bukan main main. Akurasinya mantab, berning dan jarang noice, outdoor nya gonjreng. Meski resolusi 13MP namun hasilnya melebihi espektasi saya. Camera depan yang hanya 5MP juga bisa diandalkan meski tidak ada flash di depan. Batre cukup baik. Dengan kapasitas 3000 mah saya bisa menggunakan hape ini setengah hari jika cukup sering buka notifikasi. Kalau jarang buka saya bisa charge kembali mi4c saya di sore hari jika pagi hari batrenya penuh. SOT bervariasi antara 2 hingga 4 jam tergantung kondisi. Overall mantab, hanya minusnya mudah panas.


Smartphone ini mungkin sudah jarang kita temui di toko2. Namun begitu eksistensinya patut untuk saya apresiasi. Berkat mi4c saya akhirnya lebih memilih produk Xiaomi dibanding yang lain. Price to performance yang paling oke adalah alasannya. 

Hingga suatu saat setelah saya flash ulang mi4c, beberapa hari kemudian tiba2 mati dan tidak bisa dinyalakan lagi. Karena saya bukan opreker, saya anggap mi4c saya mati tital dan tidak bisa diperbaiki. Karena sudah hampir 2 tahun pula umur mi4c, saya pun memutuskan untuk beli hape baru. Dan Redmi Note 5 (Whyred) menjadi pilihan saya. Hingga beberapa waktu, saya kembali penasaran dengan mi4c saya. Mumpung ada waktu, saya mencoba untuk oprek. Dan test point langsung saya lakukan setelah ganti batre tidak juga membuat mi4c hidup lagi. Testpoint, flash melalui miflash mode fastboot, dan taraaaa proses flash berhasil. Akhirnya mi4c saya hidup lagi. Mungkin mi4c saya mati sebelumnya karena tidak cocok dengan ROM yang saya pasangkan.


Setelah saya pegang Whyred pun, kecintaan saya akan mi4c tidaklah pudar. Buktinya saya menjadikannya sebagai secondary smartphone saya dan selalu saya bawa bersama Whyred. Saya sering menggunakanya untuk denger music dan back up foto2 saat whyred kehabisan batre. Dan did you khow, menurut saya buat denger music, mi4c lebih fun dibanding whyred lho.

Lalu, apakah masih worth untuk dibeli? Desain yang cantik menurut saya masih bisa disejajarkan dengan hape lain yang belum lama launching. Performa nya yang powerful juga masih bisa bersaing. Smartphone flagship memang lebih everlasting ketimbang produk lowend. Untuktahun ini 2018 menjelang 2019 sepertinya sudah sangat jarang yang menjual mi4c baru. Mungkin barang 2nd masih ada yang menawarkan. Harga 2nd saat ini dengan kondisi normal jaya sudah di harga under 1 juta. Untuk harga segitu dengan produk seperti ini menurut saya masih bisa dipertimbangkan namun ingat, jangan sampai dapat barang cacat. Namun jika anda merasa tidak yakin, bisa meminang produk lain tapi jangan harap performannya akan lebih baik.

Yang baca artikel ini melalui mi4c ayo ngobrol di kolom komentar...

Regards,

waw


Thursday, December 20, 2018

Jambore Bala Keselamatan di Ongulara - sequel of Ongulara


Mayoritas atau hampir 100% penduduk Ongulara menganut agama Kristen protestan. Dibawah naungan Bala Keselamatan mereka memenuhi kebutuhan rohani mereka. Saya justru baru saat tinggal di sana mendengar apa itu Bala Keselamatan. Mungkin anda bisa buka Wikipedia untuk penjelasan lebih lanjutnya. Yang saya tahu, di sana dibangun gereja dengan status tingkatan korps. Korps sendiri adalah gereja yang mewakili satu daerah (desa). Dengan dipimpin oleh seorang pemuka agama (baca pendeta) yang dijuluki letnan oleh para penganut agama kristien di sini. Pendeta sendiri merupakan orang terhormat dan terpandang disini. Beliau membawa membawa misi dari pusat untuk ditempatkan di suatu korps sebagai pemuka agama di daerah tersebut. Pendeta pula lah yang telah merubah habit penduduk Ongulara dari primitive menjadi “agak mendingan”.


Baik, skip saja, mungkin akan saya jabarkan di lain artikel. Yang akan saya publish disini adalah mengenai salah satu kegiatan keagamaan di sana. adalah keberuntungan saya bahwasanya saya bisa menyaksikan kegiatan ini. Semua warga focus untuk kegiatan ini dan meniggalkan semua kesibukan masing-masing. Bahkan pekerjaan pengukuran saya (yang dibantu tenaga lokal) diliburkan. 



Kegiatan ini dinamakan jamboree. Yup, jamboree Bala Keselamatan. Kegiatan ini dilakukan tiap tahun dan saat itu desa Ongulara menjadi tuan rumah. Mumpung libur, saya tak menyiakan kesempatan. Sembari refresing, saya pun meliput kegiatan mereka. Penduduk disibukkan dari malam hari. Babi dan Anjing mereka masak di petang hari sebagai bahan jamuan kegiatan di esok hari. Ada pula ayam disembelih sebagai pelengkap. Keesokan harinya, warga sudah direpotkan dengan menyeberangkan ratusan peserta jamboree. Kemudian acara dilanjutkan di gereja. Yang paling unik adalah adanya lomba membuat rakit dengan peserta anak-anak. Cukup ramai dan antusias terlihat dari kemeriahan acara. Rakit pun dihanyutkan di sungai Surumana sebagai symbol penghormatan pada alam.



Acara yang lain saya tidak paham karena diadakan di dalam gereja. Namun terdengar seperti lomba paduan suara dari setiap wakil korps. Mungkin ada pula kajian atau acara yang lain yang diselenggarakan di dalam gereja. Karena saya hanya memperhatikan dari luar gereja, hanya itu saja yang bisa saya tangkap. Mungkin anda pernah melihat acara serupa? Semoga berguna…

Regards

waw

Lebaran di Kota Palu - sequel of Ongulara


Karena proyek pekerjaan yang sedang saya kerjakan di desa Ongulara hampir mendekati puasa, maka pekerjaan pun berlanjut hingga puasa dan lebaran. Bahkan kami tidak bisa merayakan lebaran di kampung kelahiran. Tak apalah, ambil pengalaman dan hikmahnya. Akhirnya kami pun memutuskan untuk lebaran di Kota Palu. Meskipun saya harus turun gunung keluar hutan 4 jam perjalanan jalan kaki dengan medan naudzubilah, dan nanti bakalan kembali lagi. Kalau bukan karena lebaran, sumpah ogah banget. Bahkan satu rekan saya pun memutuskan lebaran di hutan karena tidak sanggup jalan kaki bolak balik 2x4 jam perjalanan perbukitan.

Lebaran hanya di hutan berteman nyamuk dan warga lokal sungguh bukan dambaan saya. Mending turun gunung dengan apa saja yang bisa di nikmati. Sore malam takbiran saya baru sampai di rumah pak kepala dusun ongulara sekaligus sebagai basecame kami. Sungguh gak ada aroma lebaran apalagi takbiran. Kayak hari biasa aja gitu. Air sungai surumana mendukung saya untuk merayakan lebaran di kota. cuaca cerah dan air sungai sangat bersahabat, jadi bisa naik rakit perjalanan dari hutan ke ongulara. Praktis tidak bisa berangkat ke kota malam takbiran, karena hari sudah petang. Sumpah tidak ada suara takbiran di Ongulara karena memang mayoritas beragama Kristen.

Keesokan harinya, berusaha pagi sekali kami berangkat ke palu untuk merayakan lebaran. Namun begitu, kami ketinggalan sholat eid, dan hanya bisa mengikuti khutbah di masjid besar Tanampulu. Selesai eid, kami lanjutkan perjalanan. Kami harus singgah di watatu untuk mencari sewaan motor karena motor kami yang kami bawa dari Ongulara tidak layak jalan ke kota Palu. Perjalanan akhirnya berlanjut ke kota Palu hingga siang tiba disana. Berbekal rekomendasi hotel dari pak pendeta Ongulara, kami pun mencarinya. Setelah ditemukan, hotel jauh tidak sesuai dengan yang kami inginkan.

Saya pun improvisasi untuk buka app pemesanan hotel. Dan, lucky us, di pegipegi ada diskon lebaran sebesar 50%. Cus langsung reservasi hotel JAZ di Jl Zebra palu. Hanya dengan 137 ribu kami bisa nginep di hotel yang cukup ternama di Palu.


Hotel ini cukup bagus. Bukan termasuk hotel budget saya kira. Karena sepertinya bangunannya cukup klasik memberi kesan hotel ini sudah cukup lama beroperasi dan menjadi pilihan banyak pengunjung. Terbukti, pengunjung banyak berdatangan dengan mengendarai roda 4 malah. Kamar yang kami dapat standar memang. 2 bed dipan kayu, AC, wastafel, shower, dan TV tabung. Sudah lebih dari cukup mengingat harga yang kami bayarkan. Tidak ada yang spektakuler, semua serba standar. Yang paling mantab adalah, terdapat fasilitas pool yang cukup nyaman di sana. sarapan pun kami dapat seadanya karena mungkin telat masuk café nya. Over all dengan harga yang kami bayar, ini sudah sangat oke sekali.









Rugi rasanya jauh jauh sampai Palu tapi tidak plesiran, apalagi saat itu adalah libur hari raya. Explore perkotaan sudah cukup bagi kami. Sudah sangat membantu membuang penat yang kami bawa dari hutan. Selain itu, explore kota juga akan menjadi pengalaman baru bagi kami, karena baru kali tersebut kita memijakkan kaki di ibu kota propinsi sulawesi tengah.








Ya, memang hanya itu perayaan lebaran kami. stay di hotel, muter-muter kota Palu, dan kemudian pulang. Namun itu cukup melegakan dibanding harus berlebaran di hutan. Terimakasih telah membaca…

Regards

waw




Wednesday, December 19, 2018

Guci Tegal, alternatif terbaik long weekend


Weekend? Mari kita plesiran. Sudah menjadi ritual keluarga kecil kami tiap weekend untuk refreshing. Mau kemana saja tujuannya bahkan hanya sekedar taman dekat rumah maka jadilah. Tapi kali ini cukup special, kami piknik ke Tegal tepatnya di Guci. Alasannya? Banyak. Okelah saya sebutkan satu satu. Yang pertama jelas karena kami belum pernah ke sana. alasan lain karena memang sudah jarang piknik ke tempat yang agak jauh. Alasan selanjutnya, karena kami kangen naik kereta. Cukup ya alasannya. Sekarang saat nya kita berangkat.



Diawali dari stasiun poncol langkah pertama kami menuju Guci Tegal dimulai. Pesan tiket Kereta Kaligung via online sebelumnya dan berangkat pada hari yang telah ditentukan. Check in, masuk peron dan langsung masuk ke gerbong sesuai tiket. Karena kereta ekonomi, maka ya tempat duduknya alakadarnya. Anak2 justru lebih suka beredar ke sana kemari, dan akhirnya kami tersesat di restorasi. Bangku kosong yang nyaman membuat kami lama nongkrong disana hingga kami sampai di stasiun Slawi. Menurut pemandu wisata kami (baca mbah google) kami harus turun di stasiun slawi untuk melanjutkan perjalanan ke Guci.


Keluar stasiun, jalan beberpa ratus meter hingga sampai pertigaan macam taman gitu, kami nongkrong disana untuk menunggu angkot yang akan mengantar kami ke Guci nantinya. Tidak terlalu lama angkot pun datang. Mari kita melanjutkan perjalanan. Angkot nya standar biasa saja, tidak seperti angkot di tempat agan agan yang interiornya penuh modif dengan audio kelap kelip jeddag jedug jegler itu. Angkot pun membawa kami keluar dari jalan raya dan menjauh ke daerah pinggir (baca menjauhi kota). Cukup lama mungkin hampir 1 jam perjalanan hingga anak wedok pun terkulai lemas dengan mata terpejam di pangkuan ibunya. Sopir pun berujar “Guci turun disini”. Dan yess, akhirnya sampai juga.


Namun ternyata enggak sodara sodara. Kita wajib menumpang satu armada lagi untuk sampai ke Guci. Kami diturunkan di sekitar pertigaan besar dan disanalah kami nongkrong lagi untuk mendapat tumpangan. Baik, mari kita tunggu sambal jajan makanan yang Tegal Banget. Khamir kayaknya namanya. Nah itu angkot nya datang. Wow, cukup emejing saat kami notice bahwa angkotnya itu adalah bak terbuka. Dan, memang seperti itu lah angkot dari sana menuju ke Guci, paling-paling ada dikasih tempat duduk alakadar nya atau bahkan benar-benar kosong gak ada tempat duduk. Baiklah, mari kita tamasya anak-anak. Thanks god, they are cute kidos. 


Setelah menempuh perjalanan sekitar hampir 1 jam dengan sejuknya angin alami yang benar-benar dingin, dan pemandangan nya yang adem di mata (sungguh tidak menyesal sama sekali naik armada ini) sampailah pada saat yang bahagia. Tibalah kita di Guci. Sebenarnya cukup banyak spot wisata di sini yang cukup asyik, namun karena memang bukan focus utama kami, maka cukup lah kami masuk ke pamandian umum air hangat yang geratis. Fyi, spot-spot wisata disini ternya bukan pemda yang mengurusi. Pihak swasta banyak yang sudah mengelola beberapa spot. Makanya tiap spot kita diwajibkan membayar tiket untuk memasukinya.


Tempat pemandian air hangat GERATIS ini cukup luas. Tapi sangat ramai pastinya. Namun justru ini pasti sangat menyenangkan. Buktinya anak-anak kelihatan ceria dan sangat menikmati setiap riak air yang mereka mainkan meski lelah setelah menempuh perjalanan yang menguras banyak energi. Thanks god again for this kidos. Setelah beberapa lama, hujan turun memaksa kami untuk naik dari air meski belum terlalu puas bermain di sana. setelah berganti pakaian kami pun menuji warung kecil di sekitar sana untuk sekedar mengisi perut kosong dengan pop mie dan beberapa buah gorengan. Suasana yang dingin sangat kita nikmati dengan kedua menu tersebut. Hujan mereda, kami pun memutuskan untuk pulang. Gak mau masuk ke spot lain? Tidak terimakasih selain bukan tujuan utama kami, Susana semakin dingin dan kami juga mengejar kereta untuk pulang.


Berjalan menaiki tanjakan yang cukup membuat ngos ngosan, sampailah kami di terminal Guci. Nongkrong disana beberapa saat tapi gak ada angkot yang kami tunggu. Ngobrol lah kami dengan petugas dan kebetulan hujan turun lagi. Kami disaran kan agar agak keluar dari terminal untuk mendapat armada yang mengantar kami pulang. Yes, kami sepertinya harus gerilya untuk mendapatkan tumpangan. Syukur lah kami mendapat tumpangan mobil bak terbuka “lagi” namun kali ini prifat. Ya, kami bernegosisai dengan sopir untuk ikut pulang dengan menawarkan bayaran tertentu. Kebetulan atau memang demikian, mobil tersebut adalah mobil yang akan kembali dari membawa barang dagangan yang seblumnya di bawa ke Guci.


Asyiknya sama namun kali ini hanya kami ber 4 di sebuah mobil bak terbuka dan ditambah udara yang lebih dingin dari saat berangkat plus rintik hujan. Semoga anak-anak tidak tepar. Sampai di pertigaan yang tadi saat berangkat, kami diturunkan. Dan pas sekali, saat kami turun ada angkot yang akan menuju ke kota. Rundown berjalan dengan sempurna. Meski lumayan capek, tapi asyik nya sungguh luarbiasa. Alhamdulillah… semoga berguna

Regards,
waw

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

whats in your mind?