visit on my page

Friday, April 17, 2015

JANGAN MASUK KE TERMINAL PULO GADUNG JIKA TAK INGIN KENA CALO BEGUNDAL (Pengalaman Sendiri)

diambil dari radarbangka.co.id
Traveling tak selelu menyejukkan hati. Seperti travelling saya kali ini. Ada kejadian menggeramkan di setiap jam. Memang takdir hari naas atau sebuah ujian saya sendiri masih merenungkan. Tapi pasti ada hikmah disetiap kejadian. Yup, disuatu waktu yang bikin “lemes” saya diharuskan mendaki gunung lewati lembah bahkan mengarungi lautan untuk melakukan solo traveling ke tanah jawa. Solo traveling bukan situsi favorit saya. Makanya biasa saya tempuh dengan jalan darat dan menjadi kutu loncat alias ngeteng. Dan dimana saya mengalami beberapa kejadian dari tiket damri yang expired (baca ketinggalan kereta, eh bus), kapal yang super lemot dengan durasi pelayaran 2,5X biasanya, bus mogok hampir meledak dan macet di detik2 terakhir sebelum mendarat sampai terminal yang membuat saya kemaleman dan akhirnya terjebak oleh b*suknya CALO TERMINAK PULO GADUNG (ini yang akan saya jabarkan disini), dan badan lemas lunglung (aduh lunglai maksutnya) mengikhlaskan duit yang tinggal seberapa untuk membeli tiket pesawat karena mengejar waktu.



Ini adalah perjalanan saya awal tahun ini (2015). Singkat cerita, dikarenakan multiple “keberuntungan” saya tersebut, saya pun tiba di terminal Pulo Gadung sekitar pukul 9 malam. Berdasar info yang saya tahu, jikalau saja (prediksi andai saja tidak mengalami rentetan apes) sampai di terminal perbatasan Jakarta bagian Timur itu setidaknya pukul 7 malem, saya masih bisa naik bus yang layak tumpang macam nusantara atau muncul, dll. Huh, apa sih yang kita dapat dari penyesalan. Meskipun akhirnya kisah ini harus saya alami juga. Karena lama tidak menjamah atmosfir terminal, saya kurang hati-hati dengan calo Terminal “Panas” ini yang sebenarnya sudah saya tahu sebelumnya tapi tidak terfikir oleh saya saat itu. Saya pun melangkah dengan tergesa-gesa setelah turun dari bis karena takut tragedi asap yang mengepul di dalam bus terulang atau mungkin lebih dramatis lagi disusul dengan ledakan dari bagian kap mesin. Beberapa mungkin calo atau kenek (setelah saya analisa mungkin kenek) langsung menyambut saya dengan tawaran tumpangan bus yang tidak saya gubris dengan jawaban “tidak bang”. Saya pun melaju masuk ke “dalam” terminal setelah mendapat petunjuk dari petugas terminal letak bus ke arah semarang. Sampai seseorang berhasil menggiring saya menuju loket karcis bus.

diambil dari radarpena.com

Lelaki tersebut bertanya tujuan saya yang tentu saya jawab karena terlalu percaya dengan arah telunjuk petugas terminal tadi. “Sini mas bisnya ada di sini, ikut saya” ujar lelaki itu. Saya pun setengah cuek mengikuti langkah lelaki itu, berharap digiring menuju bus yang yahud. Hingga akhirnya tiba di depan sebuah loket. Saya pun bertanya, “mana bisnya??”. Jawaban yang saya terima agak janggal “Ada bisnya, beli tiketnya dulu disini!”. Saya pun berusaha menghindar karena mencium aroma tak sedap selain dari bau ketek lelaki penggiring tadi. Berbagai macam daya dan upaya saya lakukan hingga akhirnya saya merelakan membayar 150 ribu (karena harga tiket bus jakarta – semarang biasanya segitu) dari 250 ribu yang mereka minta karena ancaman bogem dari beberapa lelaki yang rata-rata aromanya sama. Entah takut bogemnya atau takut aromanya saya juga masih merenungkan hingga kini. Tiket yang saya terima pun berlabelkan nama bus yang tidak pernah saya dengar sebelumnya. Wajah wanita penjual tiket pun sungguh memuakkan saya, dan saya yakin aromanya tak kalah parah dari para lelaki komplotannya.
 
diambil dari repubika.co.id
Saya pun dipersilahkan duduk di ruang tunggu terminal di depan loket beraroma busuk tadi. Janji 15 menit bus akan datang pun sirna setelah hampir setengah jam saya duduk pahit  disana. Saya pun tanya ke penjaga loket kapan bus saya datang. Dengan muka yang sungguh membuat tangan ini terasa sangat ringan untuk ditoyorkan ke kepalanya, wanita (tepatnya beberapa) itu menjawab “karena mas bayarnya cuma separuh maka naik bus yang terakhir”. Uang pun tak bisa dikembalikan sepeser pun. Anjr*t...  Sempat teringat petuah kenek yang saya ketusin tadi. “Mas, gak usah masuk terminal mas, nuggu sini  aja kalo nyari bis... Didalam pasti kena calo nanti!!”. Dan, ucapan seorang yang saya anggap dusta-an orang terminal itupun menjadi kenyataan. Hmmmh... penyesalan lagi. Saya pun berniat pergi dari tempat busuk itu untuk mencari bus sendiri, dan tentunya merelakan uang 150 ribu saya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam lebih. Sembari menghadapi situasi tegang, saya pun multitasking dengan menelpon kerabat dekat untuk tumpangan tidur, menelpon istri untuk memberi kabar dan minta bantuan adik untuk memesankan tiket pesawat besok pagi.
 
diambil dari republika.co.id
Saya semakin yakin dan membulatkan tekat untuk segera meninggalkan tempat itu setelah melihat seorang lelaki dan ibu2 berhasil digiring juga ke loket. Mereka membeli tiket dengan harga full 250 ribu. Saat akan beranjak pergi, para begundal itu ternyata memanggil saya. Hampir saya tidak mau menoleh, namun akhirnya muka ini berpaling juga. “Mas, sini... ini busnya sudah ada, mau berangkat gak?”. Karena melihat muka berseri dari kedua korban selain saya, saya pun bergegas menghampiri mereka meski tidak tahan aromanya. “Mas, bayar lagi 50ribu trus berangkat. Bapak sama ibuk (menunjuk kedua korban lain) silahkan ikut mas ini untuk diantar ke bisnya. Bisnya ada di depan terminal”. Kepalang tangung, saya pun menolak tawaran tersebut dengan langsung membalikkan badan tanpa berucap. Salah satu komplotan pun akhirnya merayu dengan nada sedikit lebih sopan. Karena masih menolak, akhirnya mereka sepakat untuk mengembalikan separuh dari uang yang telah saya bayarkan. Dan saya pun pergi meninggalkan mereka melipir ke luar arah depan terminal.

Saya melihat kedua orang yang senasib dengan saya tadi dibawa menuju salah satu bus di depan terminal (maaf nama busnya saya lupa). Dan itu memang bus jurusan semarang  dan sekitarnya, terlihat dari stiker pada kaca belakang. Busnya masuk kategori jelek. Saya berani bayar maksimal 100 ribu untuk naik bus itu sampai semarang. Saya pun masih duduk di depan terminal sembari menunggu kabar dari sodara tempat menginap dan adik yang memesankan tiket pesawat. Kenek bus jelek tersebut menghampiri saya. Dan dengan setengah berbisik menawarkan saya untuk naik bus itu. Tarif yang ditawarkannya adalah 130 ribu. Yup, sangat jauh dari banderol para begundal. Doi mengaku berbisik karena takut dengan jaringan calo terminal. Karena sudah kepalang males dengan aura terminal saya pun menolak dengan halus tawarannya dan segera ngacir mencari angkot jurusan bekasi tempat saya akan menginap nanti. Masih untung gak dipalak semua isi dompet atau perkakas handphone. Yah, orang jawa paling pintar menggali hikmah, ada keuntungan dibalik kebuntungan.

Baik, mari kita ambil poin dari celometan saya diatas. 
  1. Bencana tidak akan permisi, bahkan akan datang serentak bertubi-tubi
  2. Jangan suka mengeluh dan menyesal, yakin deh gak ada gunanya. Ambil saja hikmahnya
  3. Persiapkan traveling meskipun itu solo dan pede mampus dengan nyali. Tidak ada yang tahu apa yang bakal terjadi
  4. Nah ini yang paling penting, “JANGAN MASUK KE TERMINAL PULO GADUNG JIKA TAK INGIN KENA CALO BEGUNDAL”
  5. Dan, tak kalah pentingnya, selalu gunakan Helm atau safety belt saat anda berkendara

Sedikit tips jika anda memang terpaksa masuk ke terminal Pulo Gadung (mungkin bisa diterapkan di terminal lain yang belum kita kenal):

  1. Jika memungkinkan, jangan sampai masuk ke dalam terminal. Tunggu bis tujuan anda didepan terminal dan langsung masuk ke dalam saat sudah ngetem
  2. Usahakan masuk terminal sebelum pukul 17.00, setelah jam itu sangat tidak disarankan apalagi untuk beginner
  3. Jangan membawa banyak uang, selain copet pemalakan preman atau calo kerap terjadi (kalau terpaksa bawa banyak uang simpan di tempat “rahasia”
  4. Lebih baik ikut gerombolan orang (penumpang lain) saat jalan di sekitar terminal
  5. Jangan sekali-kali membeli tiket diluar bis, bayar tiket setelah bis berangkat
  6. Jika ditanya sama seseorang “mau ke mana bang” jawab dengan lantang “gue mau jalan-jalan aja atau gue orang betawi asli jeck, atau gue udah dijemput mau ke tempat sodara, atau yang lain pokoknya intinya mengelak
  7. Seberat dan sebanyak apapun bawaan anda, harap dibawa sendiri. Jangan menerima tawaran orang untuk membawakan
  8. Kalau ada teman yang mengantar, lebih baik teman tersebut menunggu sampai anda masuk ke dalam bis
  9. Jika anda terlanjur digiring oleh calo, lirik kanan kiri saat mata anda menemukan kantor polisi langsung ngacir aja ke sana
  10. Perbanyak doa dan beribadah kepada Allah SWT
 
Huuffh, masih dongkol rasanya saat nulis cerpen ini. Sebentar, saya cari es teh dulu untuk mendinginkan hati ini... Jangan lupa komengnya ya... Semoga berguna...

Mohon maaf ilustrasi saya ambil dari berbagai sumber. saya tidak mungkin sempat mendokumentasikan kejadian. ini adalah pengalaman sendiri dan dijamin tidak HOAX meski NO PIC.
Regards

waw

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

whats in your mind?