“Bumbu Desa” merupakan salah satu
tempat kuliner yang lagi naik daun. Tak terkecuali di kota Tapis. Yup, telah
berdiri kokoh bangunan ‘yang tidak terlalu besar dan juga tak terlalu megah’
dengan judul diatas pintu utama bertuliskan “bumbu desa” berlogo khas sepasang
cabe besar merah menyala. Nangkring tak jauh dari simpang 3 terbesar daerah
kedaton, warung franchise itu berdiri. Hmm, sepertinya letak ini akan strategis
karena bakal bersanding dengan mall terbesar di lampung wannabe (baca mall bumi
kedaton). Dan saya minggu kemaren berkesempatan melipir ke tempat makan yang
bercikal dari sunda itu bersama keluarga.
Mobil berjajar berdesakan pertanda
bumbu desa memang sudah punya nama. Sempet jiper juga dengan imajinasi harga.
Namun rasa penasaran menggugurkan semuanya. Masuk ‘warung’ clingak-clinguk dan
memahami situasi. Kursi dan meja tertata biasa seperti warung makan kebanyakan.
Tata ruang juga tidak ada yang unik. Namun ada beberapa hal yang menjadi
deferensiasi disini. Menu ditata sedemikian rupa di etalase depan.
Sepertihalnya warteg ataupun nasi padang namun desain interior etalase lebih
bernuansa sunda. Sepintas aura ‘bumbu desa’ (yang sebenarnya) belum
tidak terasa. Tak ada kostum ala pedesaan, tak ada pemandangan perkampungan,
tak ada pula pajangan bumbu2 ala dapur rumahan.
Anda bisa melihat-lihat dulu menu
yang dijembreng di etalase, atau anda
langsung mencari tempat duduk yang nyaman. Pemesanan makanan bisa anda lakukan
di etalase atau di meja makan dengan buku menu. Pilihan cukup beragam. Lauk
pauk yang kumplit disempurnakan dengan syur mayur yang lengkap. Ini mungkin
yang menjadi nilai jual. Saya kemudian mencoba ikan gurame pesmol. Yup, ikan
gurame berukuran besar (cukup untuk 3 orang) kemudian disiram bumbu khas sunda
(semacem asam manis gitu). Rasanya? Top markotop lah. Sambal dan lalapan dapat
anda comot langsung sendiri di dekat etalase. Nasi? Bisa pilih biasa atau liwet
(uduk). Minum pun juga cukup beragam namun tidak selengkap kudapannya. Anda
bisa memilih tempat ber-AC maupun tidak. Kelengkapan seperti toilet dan musholla pun menjadi standar keharusan.
Ruang yang cozzy, masakan yang
nyaman di lidah, dan tentunya dilengkapi dengan harga yang masih masuk akal. Suasana
sunda semakin terasa ketika sound system melantunkan kidung-kidung khas jawa
barat. Serasa pulang kampung euy. Yup, bumbu desa menjadi pelengkap keberagaman
kuliner di bandar lampung. Jika anda bosan dengan makanan yang itu-itu saja,
silakan manjakan perut anda di sana. Semoga berguna...
advertisement
Regards,
waw
No comments:
Post a Comment