visit on my page

Saturday, April 21, 2018

Pengalaman Perjalanan Bandar Lampung – Semarang Dengan Truk


Baik, kali ini saya akan bercerita edikit tentang pengalaman saya pulang kampung dari Lampung ke Semarang. Ini sudah cerita lama, eh maksutnya sudah lama dan baru akan saya ceritakan kali ini. Sudah dua tahun lebih. Ceritanya seingetnya saja. Sebenarnya buanyak sekali ceritanya, tapi sepertinya buanyak juga yang terlupa. Semoga masih bisa jadi sebuah cerita.

Ceritanya begini mbak… (ala-ala kismis RCTI, yang masih muda gak usah ketawa mengejek). Saya sudah hidup sendiri (ya termasuk “mencuci sendiri”) sejak istri pindah dulu ke kampung halaman karena sudah pindah dinas PNS (Alhamdulillah jadi PNS daerah sendiri). Namun itu sebenarnya mau gak mau memberi dampak pada kelangsungan hidup saya. Dari proses mutasi yang tidak bisa ditebak, saya tidak bisa prepare dulu untuk mendapat pekerjaan di sana (semarang). Soalnya pernah sudah dapat kerja tapi malah proses mutasi masih lama, akhirnya ya saya lepas dan hingga hari mutasi dinyatakan paripurna saya justru belum mendapat kerjaan di sana. Walhasil ya itu tadi, saya menyelesaikan tugas saya di Lampung dalam waktu sebulan dan terpisah dengan anak istri (hiks.. lebay amat padahal ma aseek… eh). Dan setelah “menduda” selama sebulan, tibalah saatnya saya pulang ke kampung halaman. Dan pastinya dengan semua barang perabotan rumah yang kudu “dibereskan”.



Barang perabotan gak banyak amat sih, lha wong kami baru keluarga kecil, tapi kalo dinaikkan travel atau bis ya jelas gak mungkin. Akhirnya berpikirlah untuk dilelang barangkali bisa dapet untung (wah, naluri cuan hunternya mulai bekerja). Tapi, tawar sana tawar sini hasilnya mentok dan berakhir pada kerugian. Mencoba plan B, pake jasa ekspedisi. Sudah lebih dari 10 jenis ekspedisi saya satroni, dan hasilnya pun berakhir pada keamsyongan. Last plan pun akhirnya saya tempuh. Yup, pake truk.

Fyi, memang banyak ya truk di sini yang bolak-balik jawa-sumatera mengangkut logistic. Dan itu lah target saya. Dengan mendapat truk yang kosong dari Lampung ke Semarang pasti harganya murah. Etapi, jangan senang dulu setelah beberapa truk (dengan mengandalkan kenalan dan orang-orang ekspedisi tadi) ternyata tarif truk kosong itu juga mihil bro. Bisa sampai 5 juta. Meski masih di bawah harga ekspedisi legal, nominal segitu jelas tidak masuk kocek saya. Hamper putrus asa, namun karena saya rajin ibadah dan senang bersedekah, di saat-asaat akhir itu, saya beruntung ditawari tetangga dengan harga separuhnya. Ya iya masih dengan menggunakan truk. Truk punya teman anaknya yang di luar kota.

Meski begitu, saya juga masih was-was. Ya iya kalo barang saya sampai tujuan? Kalo dibawa pulang sama mereka piye? Lha wong saya gak tahu rumahnya juga. Kenal baru ini. Ya akhirnya saya pun mengalah dengan ikut bersama barang saya naik truk. Rasa was-was pun belum hilang. Ya iya kalo saya dan barang diantar sampai tujuan? Kalo saya ditilapke (di slimur) (eh… ditinggalkan di suatu tempat dengan kondisi saya tidak sadar). Atau lebih parahnya saya di bunuh dan dibuang di pinggir jalan malam2 (aah… lebay amat sih). Berbekal kejiperan tersebut saya pun terpaksa untuk berani. Toh bisa ngirit tiket pulang to? hehe


Sudah deal? Mari kita berkemas. jangan lupa buat surat jalan dulu.

Gak usah ganteng2, wong numpak truk saja kok.


Dan, ini adalah perjalanan pertama saya naik truk antar kota, eh antar propinsi, eh antar pulau ding. Truknya sih mantab kalo dilihar dari luar. Kalo masuk ke dalamnya? Ya, sama sih seperti truk-truk kebanyakan. Jok alakadarnya yang penting ada busa, dasbor yang luas, dan memang banyak fungsi sebagai tempat segalanya. Leg room yang… ya gitu deh, sepertinya masih longgar kereta ekonomi. Dan sudah pasti minus AC. Eh, kok kayak review mobil yang baru launching ya?
Di kabin depan, itu ditempati 3 orang. Sopir, kenek, dan saya di tengah. Mari kita berdoa…

Perjalanan Bandar Lampung – Bakauheni masih terasa nikmat. Etapi, ada beberapa hal unik di sini. Kami diberhentikan setidaknya 3 kali oleh polisi lalu lintas selama perjalanan sampai Bakauheni. Ya untuk apa lagi kalo bukan untuk cek muatan. Dan, ternyata inilah hal yang paling dibenci para sopir truk. Tiap ada seperti itu di jalan, pasti misuh-misuh. Anehnya, salam tempel sudah jamak terjadi. Ya, kasih aja 10k sampai 20k, sudah dikasih jalan sama pak polisi. Anjay, segitu mudahnya? Eh, ngomong2 polisi doyan receh juga ternyata.

Eiya mumpung ingat nih, dari banyak obrolan dengan para awak truk, ini yang berhasil saya simpulkan :
  1. Awak truk harus bisa sopir semua, karena kalau salah satu tepar ada yang ganti.
  2. Kalau terlibat kecelakaan, maka diusahakan “musuh truk” harus meninggal (karena santunan cacat seumur hidup jatuhnya lebih mahal ketimbang santunan meninggal dunia). Beuuhh.. ngeri yak?
  3. Harus kuat ninggalin keluarga dalam waktu yang lama.
  4. Itu dulu yang saya inget, nanti kalo ada tambahan ane tambah

Di tengah perjalanan antara Bandar lampung – bakauheni truk kami berhenti di sebuah warung yang amat sederhana dan lumayan sepi. Bukan tempat biasa truk2 besar mampir dan parkir. Mereka (sopir dan kenek) pun makan, dan saya memilih untuk tidak karena perut belum bersedia untuk diisi kembali. Tidak lama dan memang itu mau saya. Truk pun kembali menyusuri jalan menuju sea port ujung sumatera.


Ada beberapa yang menurut saya tidak lazim (maksut nya tidak biasa saya temui). Sebelum masuk loket pelabuhan, ada setidaknya 2 kali sopir menyodorkan lipatan uang yang entah berapa jumlahnya ke seseorang yang telah menunggu truk-truk masuk loket. Sory tidak sempat saya ambil gambar karena takut saya kenapa2. Jarak “mangkal” pemungut uang sopir truk itu tidak lebih dari 10 meter dari loket pelabuhan. Saya hanya sedikit basa-basi ke sopir dan itu memang sudah lazim di dunia mereka. Dan saya, memilih untuk tidak mengorek lebih dalam lagi.


Awak truk sudah sangat hafal dengan jenis2 kapal yang sedang bersandar untuk loading muatan. Mereka akan masuk jika kapal bagus kondisinya dan minim copet. Yup, ternyata banyak copet di kapal feri selat sunda meski saya sendiri belum pernah memergoki. Tentu dengan harga yang sama, mereka (awak truk) akan memilih kapal yang oke meski menunggu kapal selanjutnya sandar. Sayangnya saya lupa kapal apa saja yang rekomended untuk dinaiki. Nanti kalo inget saya share lagi. Seinget saya kapal jatra masuk ke kategori unrekomended.

Truk pun masuk ke lambung kapal. Hari sudah menjelang petang. Setelah truk diparkir di posisi yang aman, saya pun membuntuti awak truk yang saya tumpangi ke kabin kapal. Wekss, mereka ternyata masuk ke ruang khusus sopir. Saya awalnya enggan untuk ikut masuk, namun karena dipaksa saya masuk juga. Wow… ini ruang lesehan yang jauh dari ruang eksklusif penumpang biasa. Karpet yang cukup nyaman dan bersih dipadu dengan dinginnya AC terpampang didepan mata memenuhi ruangan selebar kurang lebih 10x10 m. mereka langsung merebahkan tubuh dan langsung terbuai dalam mimpi. Saya, hanya bisa mengamati ruangan yang masih sepi dan belum bisa memejamkan mata.

Selang beberapa saat ruangan itu pun terisi separuh ruangan. Entah itu para sopir atau bukan saya juga tidak tahu. Ruangan itu pun berdekatan dengan musolla dan tidak dijaga sama satupun petugas kapal. Wah, kapan2 bisa masuk ke ruang sopir kalo jadi penumpang biasa. Enyak bisa bobok dan dingin. Karena tidak bisa bobok, saya memilih untuk keluar, sholat dan jalan2 di ruangan kapal yang lain.








Wah, ternyata cerita awak truk tadi bukan isapan jempol belaka. Saya beruntung mendapat kapal yang bagus. Nyaman banget lah pokoknya. Sampai saya tidak terasa lelah memutari isi kapal. Dan, perut pun minta jatah. Satu cup pop mie menjadi pilihan.






Selesai mengasup pop mie, saya balik lagi ke ruang sopir. Dan tidak rame juga. Masih cukup untuk saya memilih tempat merebahkan tubuh. Saya memilih di pojokan dan berebah. Tak lama kemudian kapal pun sandar di pelabuhan merak. Kami langsung tancap gas untuk melanjutkan perjalanan. Karena ini adalah perjalanan malam dan badan saya sudah cukup capek ditambah tidak bisa merem di kapal, akhirnya saya pun sukses terlelap di kabin truk yang tidak seberapa itu. Kesuksesan saya ternyata hanya sampai di Cirebon. Kenek truk membangunkan saya untuk singgah di warung kopi. Kami pun memesan kopi dan indomie rebus untuk bekal perjalanan selanjutnya. Tidak ada yang special di situ. Dan kami pun melanjutkan perjalan kembali. Sekarang profesi kenek naik menjadi sopir, dan sopir turun kasta menjadi kenek. Saya pun melanjutkan kesuksesan tidur saya meski sudah menenggak kopi hitam satu cangkir.


Sampai matahari terbit kami tiba di sekitar pekalongan. Kami memilih singgah di Kendal untuk makan besar. Acara pun berlanjut menuju kontrakan saya di daerah pucang gading. Nah disini saya menemui hal aneh lagi. Saat sudah sampai rumah, badan lumayan remuk redam, datanglah segerombolan orang yang awalnya saya kira orang2 suruhan istri saya. Mereka tanpa konfirmasi langsung ikut membantu loading barang2 saya masuk ke rumah. Dan setelah selesai, saya langsung ditodong uang 200k untuk biaya angkat2 barang. Wew, ternyata gerombolan porter tak diundang. Saya pun sedikit nego sama ketua meraka, kasih amplop, dan mereka pun minggat. Ternyata setelah diteliti dan diamati, gerombolan porter tak diundang itu adalah pemuda2 di sekitar sana yang “sedang mencari dana”. Halah embuh lah dana buat apa. Saya kira memang mereka para penganggur yang sukanya nongkrong di pinggir jalan sambil mengamati truk dari luar kota yang membawa barang bawaan untuk menjadi target mereka. Jadi sedikit waspada saja, mereka sepertinya mangkal di sekitar pedurungan atau penggaron.


Well, akhirnya saya berhasil menaklukkan perjalanan Bandar lampung – semarang dengan sakses. Ada yang pernah mengalami pengalaman serupa? Mari ngobrol di kolom komentar…

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

whats in your mind?