visit on my page

Friday, December 28, 2018

Sekolah di kawasan terisolir - sequel of Ongulara


Setelah sedikit mengerti profil Desa Ongulara dan memahami perekonomian di sana, pasti anda tidak berfikir tentang sekolahan di Desa Ongulara. Mana mungkin ada sekolahan di sana? Jangan salah, begini-begini punya sekolahan lhoo.. ya, disamping gereja ternyata memang ada bangunan sekolah. Berfungsi atau gak teman-teman? Masih berfungsi gais. Tapi ya, kondisinya, hmm apa adanya.


Ada Sekolah Dasar (SD) Ongulara, dan ada pula Sekolah Menengah Pertama (SMP) Ongulara. Keduanya aktif dan masih melakukan kegiatan belajar mengajar. Mari kita lihat bangunan Sekolah di Desa Ongulara. Gak separah di film Laskar Pelangi sih, tapi ya tetap saja memprihatinkan. Namun begitu masih layak pakai, toh banyak di daerah bahkan di Jawa yang daerahnya lebih maju dari Ongulara, sekolahahnnya lebih memprihatinkan dari ini. Saat saya eksplore sekolahan di Ongulara, hari itu sedang libur. Saya hanya mengambil gambar beberapa dan tidak sempat ijin karena memang tidak ada penjaga sekolah di sana. kondisi nya memang jauh dari sekolah di kota-kota. Ada beberapa kelas yang sharing ruangan. Namun begitu ada ruang guru dan perpustakaan kecil. Cat merah adalah bangunan SD dan car biru adalah bangunan SMP.



Dan, akhirya saya pun berkesempatan melihat kegiatan hari pertama masuk sekolah setelah labur Panjang. Murid tidak banyak, hanya beberapa gelintir saja malah. Maklum anak-anak di Desa Ongulara tidak banyak, dan tidak ada anak dari daerah lain yang sekolah disana. Di Desa Malino jelas sudah ada Sekolahan yang lebih bagus. Di Dusun 2 Desa Ongurara meski tidak ada sekolah, jaraknya jauh dan hampir dipastikan tidak ada anak yang mau melampui sungai dan tebing. Dari Desa Bambakaenu malah sudah bisa dipastikan tidak ada anak yang berangkat sekolah ke Ongulara. Selain beda kecamatan, jarak rumah meraka sangat jauh dari Sekolahan manapun. Hanya anak-anak dusun 1, dusun 3, dan sedikit dari dusun 4 saja yang menjadi murid di sana. Selain itu, Pendidikan bukan menjadi prioritas. Maka, tidak sedikit anak-anak Ongulara yang tidak sekolah dan memilih kegiatan lain seperti membantu orang tua berkebun atau kegiatan lain.  Bahkan sebelum sekolah ini dibangun, anak-anak harus menempuh jarak yang jauh dengan menyeberang sungai Surumana untuk sekolah.


Tengok saja, sebagian besar warga Ongulara buta huruf bahkan untuk sebagian besar pemudanya. Itu tidak bisa dipungkiri. Semangat belajar atau sekolah warga Ongulara saya rasa sangatlah kurang. Mereka lebih mementingkan pekerjaan atau memcari uang dibanding mencari ilmu bahkan diusia mereka yang masih kecil. Peran pememerintah disini harus ada. Pentingnya penyuluhan di bidang pendidikan terutama di kawasan terpencil  atau terisolir seperti di Ongulara wajib diadakan. Kalau semangat sekolah saja tidak ada, mana ada murid di sekolahan meski bangunannya bagus? Mana ada pula putra putri dengan kualitas baik di kawasan terpencil seepeti ini? 


Praktis dengan seperti ini mayoritas penduduk hanya mengenyam maksimal hingga SMP saja. Malah justru kebanyakan sekolah hanya SD saja dan bahkan tidak lulus. Hanya beberapa orang saja yang mau melanjutkan sekolah hingga SMA. Itu pun tidak sekolah SMA sesungguhnya, melainkan program kejar paket. Kejar paket ada di Dusun Kasimbar Desa Malino. Seminggu masuk hanya satu kali saja. Setiap 3 kali masuk, kemudian ujian. Setelah beberapa kali ujian, ijazah pun keluar dan bisa untuk mendaftar ke sekolah tinggi. Jangan salah, ada juga lho sarjana di sana. tapi bisa dihitung dengan jari. Dan itu pasti menjadi pemuka atau pemangku pemerintahan desa. 
Namun saat artikel ini dibuat, sekolahan sedang dalam tahap renovasi. Semoga sekolahan menjadi lebih layak dan baik dari sebelumnya. Anak-anak juga semakin semangat untuk belajar. Dari Desa Ongulara untuk kalian semua.




Regards,

waw

































No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

whats in your mind?