Desa ongulara adalah desa yang terisolasi. Jelas karena tidak ada akses memadai untuk menuju desa ini. Jalan rusak super parah, akomodasi transportasi yang minim, dilengkapi dengan tidak adanya jembatan sebagai penghubung ke daerah luar semakin membuat desa ini terpuruk. Sungai Surumana lah yang membatasi desa ini ke daerah lain. Sudah pasti ekonomi pun juga mengalami keterpurukan karena alasn tersebut.
Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, sebenarnya jembatan penghubung desa sebagai perlintasan sungai Surumana pernah ada. Bermodel gantung yang bisa dilewati motor dan pejalan kaki. Namun sudah lama hilang di terjang arus sungai Surumana dan berganti dengan rakit penyeberangan yang pasti dari segi fungsi jauh lebih buruk. Tidak ada jalan lain kah? Ada sebenarnya dan justru jalan lain itu adalah jalan kepunyaan desa Ongulara itu sendiri. Lalu kenapa tidak difungsikan? Meski tidak perlu menyeberang sungai Surumana namun jalan tersebut sudah tidak layak disebut jalan. Kondisinya jauh lebih buruk berkali kali lipat dari jalan rusak yang basa dilewati saat ini.wal hasil, meraka menganggap jalan itu tidak ada.
Lalu bagaimana logistic dan perekonomian desa Ongulara? Ya, bisa anda bayangkan saja. Suatu daerah dengan akses seperti yang saya jabarkan di atas seberapa kuat perekonomiannya. Yang jelas di sana masih ada 2 warung kelontong sebagai tempat bersandarnya logistic dan segala macam kebutuhan sehari hari. Tidak terlalu lengkap sih, namun cukup untuk memenuhi kabanyakan barang yang dibutuhkan warga Ongulara. Beras, gula, dan sembako lainnya, dan macam macam barang dan jajanan sperti warung kelontong pedesaan pasa umumnya. Warung warung kelontong tersebut melengkapi barang daganyannya dengan kulakan ke Watatu.
Harga? Wajar lah kalau lebih mahal disbanding di warung kelontong di tempat lain. Bayangkan saja bagaimana perjuangan agar barang barang tersebut dapat dibawa kesana, pasti butuh efford tinggi. Namun mahalnya masih dalam batas kewajaran sih, tidak terlampau parah dan masih bisa dijangkau oelh warga. Lha wong penghasilan warga saja tidak seberapa, kalau harga ditinggikan mana ada yang mau beli. Bagusnya ada 2 warung, coba kalau Cuma ada 1 warung, pasti harga dimonopoli. Segala macam transaksi keluar masuknya uang dari warga ya dari kedua pintu warung kelontong tersebut di atas. Tidak lebih dari 10% keuangan yang keluar masuk dari luar kedua pintu tersebut. Sesekali ada sih tukang sayur dan tuakng jual ikan masuk ke desa Ongulara. Namun itu hanya jika air Sungai Surumana surut.
Well, memang seperti ini keadaannya. Semoga setelah proyek bendungan Surumana berhasil terwujud, profil perekonomian seperti itu segera sirna. Semoga menambah wawasan kita…
Regards
waw
No comments:
Post a Comment