visit on my page

Thursday, January 10, 2019

Rakit sebagai kendaraan di Hutan Surumana (sequel of Ongulara)


Rakit sebagai alat transportasi. Itu adalah pelajaran kita waktu SD. Dan implementasi secara nyata belum saya melihatnya sekalipun. Hingga di Ongulara saya baru percaya seratus persen fakta yang selama ini saya anggap sebagai mitos. Begitu pentingnya peran rakit bagi warga Ongulara hingga posting ini saya unggah.


Rakit sebagai kendaraannya, Sungai Surumana sebagai Jalan Rayanya. Itu analogi lalu lintas di Ongulara. Mobil? Tidak pernah ada yang bisa masuk ke desa Ongulara. Motor? Ada beberapa warga yang punya. Namun masih tergantung pada rakit jika akan dibawa ke luar desa. Rakit biasa digunakan di desa Ongulara untuk menjembatani dengan desa Malino. Sebenarnya dahulu ada jembatan model gantung sebagai alat untuk tersambung dengan daerah luar. Namun, jembatan berharga satu milyar lebih itu pun hanyut tersapu ganasnya sungai Ongulara. Maka, rakit lah yang menjadi sandaran utama mencapai dunia luar. Tidak ada jalan lain kah? Ada satu jalan tanpa menyeberang sungai Surumana menuju Watatu (pusat Kecamatan). Namun jangan ditanya kondisinya. Super duper parah sekali. Bahkan tidak layak untuk pejalan kaki sekalipun.  Oleh karena itu warga lebih memilih menyeberang sungai untuk bisa mencapai dunia luar. Dan apakah kalian tahu? Saya merasa ada di daerah terasing saat ada di sana.


Selain untuk menyeberang sungai, rakit juga biasa dipakai warga untuk bepergian dari daerah hulu sungai ke hilir sungai. Letak dusun 2, desa Lumbuk Lama (Wugaga, Sigi), desa Likumariada (Wugaga, Sigi), dan desa Bambakaenu (Pinembane, Donggala) yang berada di area hulu Sungai bisa menggunakan rakit untuk menuju ke Dusun 1 Ongulara yang berada di hilir sungai . Atau warga hilir sungai yang bepergian ke hulu sungai dengan jalan kaki (satu-satunya cara) bisa pulang dengan relax menggunakan rakit. Sepertihanya dengan tim kami. kami melakukan oengukuran dari hulu menuju hilir. Dan kalau waktu dan arus memungkinkan, kami selalu pulang dengan mengendarai rakit. Dan, saking pentingnya peran rakit, semua wanita disana diwajibkan untuk bisa merakit. Merakit dalam arti membuat rakit dan mengendarai rakit. Jika tidak, jangan pernah bermimpi untuk bepergian.



Merakit tidaklah mudah. Perlu keahlian tertentu. Membuat rakit dimuali dengan mencari bamboo yang mudah terapung, memotongnya minimal 10 potong untuk 1 penumpang dan potongan lebih banyak untuk penumpang yang lebih banyak pula, menali potongan bamboo hingga membentuk sebuah rakit. Selesai membuat rakit, anda harus bisa mengendarai rakit. Dengan batang kayu atau bamboo yang kuat dan Panjang anda bisa mengendalikan rakit ke kanan kiri maju hingga mengerem saat bermanuver di atas arus sungai. Butuh bertahun tahun untuk bisa “merakit”.



Arus sungai pun harus diperhitungkan. Terlalu deras dan terlalu lemah pun tidak bisa dilalui rakit. Butuh arus yang tidak terlalu kuat atau lemah. Saya pernah mencoba mengendarai rakit (tentu di arus sungai yang cukup tenang). Cukup susah memang ternyata. Ya, nikmati saja menjadi penumpang. Btw, ini pengalaman saya naik rakit untuk pertama kalinya, dan langsung berpuluh-puluh kali. Jadi ingat, rakit mamang benar benar sebagai alat transportasi. Itu bukan Hoax.

Semoga berguna,

Rgards,

waw
























































No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

whats in your mind?