Meski bibir jontor akibat terjun bebas dari pohon kelengkeng depan rumah, semangat traveling pun tidak pernah padam. Apalagi ini liburan panjang. Kali ini kami satu tim penuh plus om dan tante nya anak-anak cap cus ke Magetan. Apalagi kalo bukan Telaga sarangan yang jadi tujuan utama kami. maafkan nubitol ini yang wawasan pariwisatanya kurang marsogut. Tahunya magetan ya Telaga sarangan. Paling melipir ke alun-alun (karena itu syarat syah nya kami masuk ke suatu daerah = harus ke alun-alun nya). Selebihnya mohon kami dibimbing, apalagi spot menarik di Magetan.
Dulu waktu sekolah sebenarnya pernah kesasar (baca masih berseragam) ke sana. ya, cari cari suasana dingin saja. Dan kini, saya harus membawa Nyonya dan anak-anak ke sana. harus? Ya saya kena todong saudara2. Oke, toh perjalanan tidak terlampau jauh dan jalan sudah tidak sejelek dahulu. Mari berkemas gaes...
Rencana berangkat pagi sekali tentu saja molor. Selain karena anak-anak tidak cekat ceket, turunnya hujan pagi itu menjadi sedikit kendala bagi kami. meski memakai mobil, namun perasaan tetap kurang sreg saja memulai perjalanan disaat hujan turun. Kami melewati jalur Jumantono karena kami berangkat dari Jatipuro. Lebih dekat dan lebih sepi meski jalanan tidak begitu lebar. Jalur tawangmangu tentu saja kita lewati karena itu adalah akses termudah. Ke grojogan sewu gak? Skip, soalnya sudah pernah dan bukan itu tujuan utama kami. beberapa saat setelah melewati perbatasan Jawa tengah – Jawa timur, kami pun sampai di tujuan utama Telaga Sarangan.
Masuk kawasan Telaga kami ditarik dengan karcis seharga 19 ribu/ pengunjung dewasa. Btw menurut saya itu banderol segitu terlampau mahal untuk destinasi wisata seperti Telaga Sarangan. Entah karena alasan dikelola swasta atau memang karcis mahal saat libur panjang saya sendiri kurang tahu. Mobil pun mencari lahan parkir. Cukup luas dan jauh lebih tertata dibanding terakhir saya kesana.
Tiba di spot Telaganya. Dingin, memang karena disini adalah dataran tinggi bahkan sudah masuk lereng gunung lawu. Yang membedakan telaga ini dengan telaga yang lain adalah selalu berselimut kabut. Alasannya karena dia berada di ketinggian hampir 2000 meter diatas permukaan laut. Airnya bersih praktis tidak ada pencemaran di perairan setinggi itu, hanya ada beberapa sampah plastik yang mengambang. Mau dapat sensasi lebih? Sewa saja perahu boat untuk nge-boat di atas telaga. Satu putaran 60 ribu saja bisa untuk 4 orang untuk sekali putaran yang kurang lebih sepuluh menit perjalanan. Well, anak- anak sangat menikmati nya. Selain itu memang hanya jalan2 memutari telaga, atau duduk2 memandangi telaga, atau anda bisa sewa kuda untuk jalan2 di area pinggir telaga. Oke, sudah ya di telaganya.
Jujur kami belum puas dengan yang tadi. Kami pun mencari kepuasan lain dengan membuka hape. Yup, buka map, ketik alun-alun Magetan, dan direction. Lets go to rich wajib ain. Eit, tapi waktu sudah menunjukkan tengah hari, saatnya mengisi perut yang keroncongan. Usap-usap layar hape lagi dan dapat lah tempat dengan nama “Kikil Dautah” atau Dakutah ya? Pokoknya itu. Tinggal belok kanan sekitar 200 meter diantara perjalanan kami dari telaga sarangan ke kota magetan, dan sampailah kita. Kalau bingung pakai map saja. Ternyata ramai sekali tempatnya. Dan sepertinya ini tempat nongkrong favorit nya pak polisi. Tempatnya lebih ke pedesaan. Khas warung desa lah ya. Tempat duduknya lesehan. Menu utama nya adalah kikil. Ada kikil sapi atau kambing. Sayang waktu itu hanya kikil sapi yang tersedia. Atau memang kikil kambing terlalu jarang?
Satu porsi kikil hanya dibanderol 13 ribu saja. Lebih murah dari tiket masuk telaga sarangan. Kikil ini dimasak menyerupai gulai dan kare. Dan rasanya pun menurut saya perpaduan antara keduanya. Kikilnya lembut dan tidak alot. Bisa dimakan langsung atau lebih nikmat disandingkan dengan lontong atau nasi putih. Saya juga menyempatkan melihat dapurnya. Benar2 khas pedesaan. Enak lah pokoknya. Beruntung kami bisa menemukan tempat makan ini tanpa berencana. Sangat patut untuk dicoba. Dan pasti akan menjadi ampiran wajib saya kalau pergi ke magetan.
Perut kenyang lanjut jalan. Kemana lagi kalau bukan ke alun-alun. Masjidnya cukup megah. Okelah sebagai background foto2. Alun2 nya pun termasuk bagus dengan desain dan konsep yang tertata rapih. Hanya saja kantor bupati yang tidak kelihatan wah dari luar. But, overall alun-alun Magetan termasuk alun2 yang AMPIRable (baca layak diampiri) lah. oke, sudah puas foto2 nya, saatnya kita pulang. Saat perjalanan pulang pun kami sempatkan foto-foto di tempat gerbangnya para pendaki gunung saat akan naik ke puncak lawu. Cemoro kandang dan cemoro sewu. Meski sudah muncak 2 kali, saya punya keinginan untuk membawa anak-anak ke puncak lawu nantinya. Semoga terkabul...
Regards
waw
No comments:
Post a Comment