visit on my page

Saturday, October 27, 2012

Polusi Jakarta Dapat Memicu Kematian

 
Jakarta. Sebuah nama yang sungguh tidak asing di telinga. Apapun yang melekat pada nama tersebut adalah suatu hal yang paling. Kota yang paling rame, kota yang paling maju, kota yang paling kumuh, hingga kota yang paling canggih seIndonesia. Dialah Jakarta. Pantaslah jika Jakarta menyandang predikat metropolitan.  Jika dibedah secara mendalam Jakarta memang sebuah kota yang sebenarnya menyedihkan. Sudah menjadi rahasia umum jika Jakarta adalah kota yang kumuh (di beberapa sudut), kota dengan angka kriminalitas yang tinggi, kota dengan biaya hidup yang bikin kurus badan, dan lain sebagainya. Tidak bisa hidup keras maka harus legowo untuk ditindas, itulah kalimat yang mungkin dapat menggambarkan situasi kehidupan Jakarta hingga saat ini. Sebenarnya buanyak permasalahan yang perlu dibicarakan dengan latar belakang Jakarta, namun kali ini saya coba akan bahas tentang polusi.

 


Macet, yah keluhan dari jutaan pengguna jalan di Jakarta. Semakin membludaknya volume kendaraan yang tidak dibarengi dengan improvisasi infrastruktur jalan semakin menjadikan jalanan di Jakarta bertambah sempit. Bukan hanya itu saja, coba dibayangkan emisi yang dihasilkan beribu-ribu kendaraan tiap harinya. Tak pelak Gas yang bercampur dengan senyawa beracun menjadi santapan rutin penduduk kota tersebut. Karena banyaknya emisi gas buang yang mencemari udara Jakarta, disinyalir dapat menjadikan gangguan pernafasan ringan, berat, hingga resiko kematian. Yah, apalah daya.
 
Akibat yang ditimbulkan dari rusaknya komposisi udara sehat di Jakarta konon menurut data dari Dinas Kesehatan menyebabkan pembengkakan dana kesehatan yang sangat fantastis. 30 trilyun rupiah lebih telah digunakan penduduk Jakarta untuk biaya kesehatan akibat polusi udara. Angka yang tidak sembarangan, sebab dengan uang sebanyak itu bisa digunakan untuk membangun Jakarta lebih baik lagi pada sector transportasi khususnya.
 

Memang sangat dipelukan kesadaran dari penduduk Jakarta itu sendiri. Baik pengurangan penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi umum. Pemilik armada transportasi umum pun harusnya punya kesadaran untuk selalu mentaati standar ambang batas emisi buang. Kemudian kesadaran diri para biker atau para pejalan kaki untuk memakai masker disaat bepergian adalah cara preventif untuk mengurangi dampak dari polusi udara pada diri mereka. Semua punya tanggung jawab, dan semua punya kesadaran masing-masing untuk membangun tempat tinggal menjadi semakin ‘nyaman’ ditempati. Bukan tanggung jawab dan kesadaran gubernur atau pemerintah saja, namun tiap individu berkewajiban untuk itu.
Semoga berguna…
 
Regards,

Waw

2 comments:

  1. yang pake mobil malah ga kena polusi secara langsung, padahal menyumbang polusi yang lebih banyak

    sedangkan para rider justru mengkonsumsi polusi yang buanyak, padahal menyumbang polusi yang lebih sedikit

    ironis lagi pejalan kaki. tidak menyumbang polusi tapi malah menghirup polusi paling buuuanyaaak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di jalan raya berlaku juga Hukum Rimba ternyata...

      Jalan Raya = Hutan kah??

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

whats in your mind?