(semboyan35.com) |
Setelah sebelumnya saya posting tentang KA Eksekutif di Sumatera bagian Selatan, Saya akan sedikit berbagi pula mengenai kereta ekonominya. Saya dan istri memang sudah
berencana untuk menghabiskan pergantian tahun di kota tempat markas kesebelasan
Sriwijaya itu. Berbekal nekat (karena belum pernah ke sana sama sekali) kami
berdua pun berangkat
dengan menggunakan Kereta api andalan Lampung LIMEX.
Yup, singkat kata kami habiskan tahun baru di sana dan pulang dengan menggunakan
kereta ‘lagi’. Karena LIMEX sudah sold out (untung saat berangkat masih
kebagian), maka kami pun memilih KA Rajabasa Ekonomi AC. Tentunya dengan harapan jauh lebih oke dari yang ekonomi biasa karena memang perbedaan harga tiket keduanya sangat jauh.
Karena takut kehabisan tiket, bergegaslah berangkat pagi-pagi buta ke Stasiun Kertapati. Kami
pun diantar oleh teman kost istri sewaktu kuliah dulu (makasih bundoo). Ternyata pukul 07.00
calon penumpang sudah berjejal di depan loket. Saya pun langsung ambil tempat
paling belakang untuk ikut mengantri. Yah, karena panjangnya antrian, baru lah
tiket didapat setelah 1 jam kemudian. Dan, beberapa menit lagi kereta akan take
off, langsung masuk peron clingak-clinguk mencari armada. Berharap mendapat KA
yang seperti di DAOP Jawa, bukan KRL tapi setidaknya seperti PRAMEX (Jogja –
Solo). Harapan itu sirna ketika menemukan gerbong kereta sesuai tiket kami. Yu,
KA Rajabasa Ekonomi AC yang kami jumpai adalah memang selayaknya KA Ekonomi
seperti halnya KA Ekonomi model Tawang Jaya. Lalu AC nya mana? Sebentar.
Interior
seperti halnya KA Ekonomi di Jawa (seperti tawang jaya, matarmaja, dll) yang
sama penuh sesaknya. Sesuaikan nomor kursi dengan tiket, duduk, dan nyantai
sejenak. Lhaa... kok panas, AC mana AC?? Daaan... tepok jidat saat mendongakkan
kepala. AC rumahan biasa (AC ruangan) nangkring tanpa dosa di sela-sela bagasi
atas kereta. Sejenak kemudian datang petugas kereta dengan membawa remote dan
bertanya pada para penumpang “AC nya kurang dingin ya”?? sontak saya dan istri
berteriak “iya” karena memang kami masih gobyos keringat. Eee penumpang lain di
ujung sana berceloteh “udah dingin buanget gini kok”. Tepok jidat meneh... Ya
otomatis kita orang yang mepet jendela (tidak kena hembusan AC) masih merasa
panas dan mereka yang langsung terkena hembusan AC secara telak pasti
menggigil. Wah, parah ni AC... Eh, wah parah nih kereta..
Bukan
hanya itu saja yang bikin nyesek di dada. Harga yang kami bayarkan jauuuuuuuuh
lebih mahal dari tiket KA Rajabasa Ekonomi biasa. Dengan membayar hampir 5 kali
lipat, kami mendapat fasilitas yang sama persis hanya bedanya kita dapat AC
yang ‘parah” tadi. Sungguh amat sangat tidak rekomended. Kalo mau naik KA
Rajabasa, mending naik yang biasa aja sekalian. Well, namun pengalaman ini
bukan untuk disesali namun buat pembelajaran dan kenangan yang sangat berharga
dan tak kan terlupakan. Mau ke palembang? Lebih baik jangan naik KA Rajabasa
Ekonomi “AC” deh...
Maaf, saya tidak lampirkan banyak foto karena ilfil buat ngambil gambar interiornya..
Regards,
Advertisement
biasa gan, indonesia gitu lhooo
ReplyDeleteudah indonesia, ekonomi sekalian. komplit dah..
Delete